Monday 24 August 2015

Merdeka?

Source : Google
7 hari yang lalu, tepatnya tanggal 17 Agustus 2015, genap 70 tahun usia bangsa yang katanya sudah 'merdeka' ini. Sorak sorai dan gemuruh kegembiraan terdengar dari seluruh penjuru negeri. Status-status tentang kemerdekaan ramai diperbincangkan di facebook, twitter, instagram, dan seluruh media sosial lainnya. Semua orang larut dalam gagap gempita 'kemerdekaan' ini. 

"Dirgahayu Indonesiaku, Sekali merdeka tetap merdeka!" begitu kata mereka lewat media sosial. Ah, semua orang benar-benar merasa gembira.

Tetapi, dibalik semua kegembiraan itu, masih ingatkah kita pada perjuangan para pahlawan 70 tahun lalu? Ingatkah kita kepada mereka yang rela mengorbankan nyawa mereka di medan pertempuran? Kepada para pahlawan yang telah menyumbangkan hasil pemikiran mereka yang luar biasa? Tahukah kita nama-nama para pahlawan pejuang kemerdekaan? para pahlawan revolusi? Soekarno, Jenderal Sudirman, Ahmad Yani, Soepomo, Soetomo, Cut Nyak Dhien dan masih banyak lagi para pejuang lainnya yang jika disebutkan satu-persatu entah akan seperti apa banyaknya. Kemudian, apa kita tahu apa yang mereka lakukan demi memerdekakan bangsa ini dari penjajahan bangsa asing? Pertanyaan ini juga gue tujukan untuk diri gue sendiri. Gue malu, katanya kita merayakan kemerdekaan, tapi untuk sekedar mengingat apa yang dilakukan para pahlawan dulu pun tak kita lakukan sama sekali. 

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para pahlawannya" Begitu kata Soekarno di salah satu pidatonya. 

Bagaimana cara bangsa ini menjadi besar jika untuk mengenang dan menghormati jasa para pahlawan saja tidak bisa? Ketika upacara memperingati hari kemerdekaan, bukannya serius malah bermalas-malasan dan bersikap acuh tak acuh. Banyak juga yang mengeluh, panas lah, capek lah, ini lah, itu lah. 
Hei! Ini baru sekedar upacara. Kita hanya disuruh berdiri dan mengikuti upacara dengan baik. Kita tidak disuruh terjun langsung ke medan pertempuran, menumpahkan darah seperti para pahlawan terdahulu. 

Sungguh ironis memang. Kita saat ini tinggal duduk manis menikmati hasil jerih payah para pahlawan. Tidak seperti mereka yang dulu harus kerja paksa, dibantai dirumah sendiri, tersiksa di negeri sendiri. Sayangnya masih banyak anak negeri yang tidak peduli akan hal ini.

Sudah 70 tahun Indonesia merdeka, kata mereka.
Merdeka? Apa iya negeri ini sudah merdeka? Apa benar negeri tumpah darahku ini sudah sepenuhnya lepas dari 'penjajahan'?
Penjajahan apa? Belanda? Jepang? Ya, memang sudah. Kita memang sudah merdeka dari penjajahan bangsa asing.
Tapi dari penjajahan bangsa ini sendiri? BELUM. Sama sekali belum. Rakyat di negeri ini masih terjajah. Terjajah oleh bangsanya sendiri. 

Soekarno pernah berkata
"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri".

Jika dilihat realita kehidupan di Indonesia saat ini, memang jauh dari yang namanya 'merdeka'.
Ya, memang di kota-kota besar seperti Jakarta, yang akan kita lihat hanya kemegahan dan kemewahan. Tapi sungguh, bagaikan topeng, gambaran kemewahan itu menutupi pedihnya kehidupan jutaan rakyat miskin di negeri ini.

Source : Google
Source : Google
Source : Google
Source : Google
Source : Google
Lihat lingkungan tempat tinggal mereka. Lihat gubuk reot itu. Lihat apa yang mereka lakukan demi bertahan hidup. Lihat perjuangan mereka untuk pergi menuntut ilmu ke sekolah. Itukah yang disebut dengan 'merdeka'?  Ditengah krisis moral yang melanda negeri ini. Kelaparan dimana-mana. Yang miskin bertambah miskin, sedangkan si kaya sibuk menambah pundi-pundi emas mereka. Disaat muda-mudinya hanya sibuk dengan masalah pacaran, ikut geng motor, datang ke klub malam, menghabiskan waktu tanpa tujuan yang jelas. Inikah yang dinamakan merdeka? INIKAH? Ya Allah, sungguh ingin menangis rasanya hati ini. 

Memang, untuk mencapai kemakmuran di negeri ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh proses dan waktu yang panjang. Namun, itu juga harus disertai dengan para pemimpin yang peduli, yang bertugas sesuai dengan tugas mereka. Bukan hanya numpang duduk di kursi jabatan tinggi itu. Bermegah-megahan namun lupa tugas berat yang sesungguhnya diembannya. Juga harus disertai dengan para penduduknya yang saling peduli. Yang mengerti akan makna "saling menghargai".

Source : Google
Source : Google
Source : Google
Source : Google
Source : Google
Namun, dibalik segala carut marut kehidupan di negeri ini. Gue tetaplah lahir di negeri ini. Di tanah yang penuh dengan kekayaan alamnya. Ya, gue tetaplah seorang anak Indonesia. Dan gue bangga akan hal itu. Gue percaya, masih banyak generasi muda yang peduli pada negeri ini. Masih banyak generasi muda yang ingin negeri ini berubah menjadi lebih baik lagi. Masih banyak prestasi dan pemikiran gemilang yang bisa membawa bangsa ini ke arah yang benar. 
Lihatlah senyum mereka, semangat mereka, tawa dan canda mereka. Damai rasanya hati ini. Terkadang makna kemerdekaan lebih dirasakan oleh mereka yang hidup dengan segala kesederhanaannya. Merekalah calon-calon pemimpin bangsa.

Ada 2 jenis pejuang di negeri ini.
Yang pertama yaitu para Pejuang yang bertempur langsung di medan perang, dan yang kedua yaitu para Pejuang yang berjuang melalui pemikiran dan ide-ide kreatifnya

Sudah 70 tahun sejak pembacaan proklamasi oleh presiden pertama kita, Ir. Soekarno. Dan inilah waktu kita. Waktu untuk kita para generasi muda untuk menyumbangkan pemikiran dan ide-ide kreatif untuk membangun negeri ini. Kelak kita akan menjadi pemimpin bangsa ini. Masa depan bangsa ini ada di tangan kita. 

"Berikan padaku sepuluh pemuda, maka akan kuguncangkan dunia" - Ir. Soekarno

Ya, kitalah yang akan mengguncangkan dunia.
Merdeka!

Share This!


1 comment :

Edited By Eva Erisa · Design By Seo Blogger Templates